Menunggu
Mendung tak dapat mengalahkan langkah ku untuk pergi.
Tidak tau harus kemana, aku seakan tidak ingin ditempat ini.
Rintik hujan sadarkan aku bahwa hari sedang tidak bersahabat.
Hanya mengatakan bahwa ini waktunya untuk duduk manis di dalam istanamu.
Tak peduli itu semua.
Tetap saja aku pergi mencari yang tidak tau apa.
Dan aku hanya menemukan waktu menunggu dan derasnya hujan.
Hening seakan melarutkan semuanya.
Gundah, gelisah, rasa ragu...
Tak dapat di jadikan alasan untuk menerjang alam.
Menunggu....
Satu kata yang sangat pahit untuk diceritakan.
Rasanya enggan.
Tapi apa yang dapat ku lakukan selain menunggu.
Semua tak sejalan dengan yang ku impikan.
Ingatakanku selalu memutar ulang apa yang pernah terjadi.
Rasa sakitnya tak kunjung hilang, meski sudah ku perbaiki
Katanya, hati itu tidak pernah patah.
Karna hati tidak memiliki tulang.
Betulkah?
Lalu apa yang ku rasa hingga tak mampu menahan kenangan itu?
Miris...
Rasanya aku seperti memadamkan puntung rokok yang menyala demgan sebelah tangan ku.
Ingin ku padamkan semua yang tidak ku sukai, tapi sakit rasanya
Dapatkah waktu saja yang ku hentikan.
Hingga aku dapat mengatur apa yang ingin ku rasa, apa yang berat ku rasa.
Tidak,
Rasanya, aku tidak seegois itu
Tolong katakan pada yang akan datang,
Bahwa aku sudah lama menikmati rasa ini
Jadi jangan biarkan yang datang itu hanya akan memberiku rasa yang sama
Comments
Post a Comment